Jakarta, mataberita.net — Rumor terkait harta Mantan Presiden Soekarno tengah menjadi misteri. Soekarno dikabarkan memiliki harta berupa 57 ribu ton emas di luar negeri. Konon, seluruh emas tersebut dipinjam oleh Presiden Amerika Serikat (AS), John F. Kennedy pada 1963 untuk pembangunan AS. Bila mengacu pada data sejarah, Soekarno tidak memiliki harta sebanyak itu. Sebab, fakta sejarah menunjukkan bahwa Sukarno mengalami hidup yang sulit selama menjabat sebagai Presiden RI.
Dalam wawancara dengan jurnalis AS, Soekarno mengaku. Gajinya selama jadi Presiden hanya US$220 atau setara dengan Rp3,41 juta dengan acuan asumsi kurs hari ini, yakni Rp15.541/US$. Selain itu, Sukarno menyebut bahwa ia tidak memiliki rumah dan tanah. Maka dari itu, wajar jika proklamator itu hidup dari istana ke istana yang dimiliki oleh negara. Bahkan, Soekarno mengaku pernah dibelikan piyama oleh duta besar saat kunjungan ke luar negeri karena ia menggunakan baju tidur yang sudah robek.
“Adakah Kepala Negara yang melarat seperti aku dan sering meminjam-minjam dari ajudannya?” kata Soekarno dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1964). Lebih lanjut, dia menyebut. Dia pernah hampir diberi gedung secara patungan oleh rakyat. Namun, sosok kelahiran 6 Juni 1901 itu menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan. Putra pertama Soekarno, Guntur Sukarnoputra, membenarkan pernyataan ayahnya itu.
BACA JUGA : Duka Terpahit Dilewati Kris, Tolak Ukur Sukses Berbeda – Beda
Dalam kolom opini yang diterbitkan pada September 2020 lalu, Guntur menyebut. Kantong Soekarno ‘selalu tipis’ bahkan sejak sebelum jadi presiden. Tak heran kalau ayahnya kerap meminjam uang kepada sahabatnya sejak zaman pergerakan, salah satunya Agoes Moesin Dasaad. “Sebagai presiden, Bung Karno adalah presiden yang paling miskin di dunia ini. Ia tidak punya tanah, tidak punya rumah, apalagi logam-logam mulia seperti yang digembar-gemborkan orang selama ini,” katanya.
Sejarawan Indonesia, Ong Hok Ham, juga membantah rumor harta segunung Sukarno. Melalui tulisan Kuasa dan Negara (1983), Ong membantah cerita itu dan mengungkapkan fakta sejarah yang sesungguhnya. Salah satu cerita yang disanggah adalah Sukarno yang mewarisi kekayaan kerajaan Mataram Islam. Dia pun mengatakan. Tidak mungkin ada seseorang mewarisi harta dari kerajaan kuno, apalagi mewariskan batangan emas.
Masalahnya, harta kerajaan kuno tidak sebesar yang dibayangkan. Apalagi, saat itu Mataram Islam disebut masih punya utang kepada VOC. Ong juga menyebut kalau kisah harta Soekarno sebenarnya bisa dipatahkan dengan argumen sederhana: jika punya emas, seharusnya Sukarno tidak melarat hingga akhir hayatnya. Dari berbagai informasi tersebut, dapat disimpulkan. Cerita harta karun emas 57 ton Sukarno yang selama ini beredar di masyarakat adalah informasi yang tidak akurat.