Jakarta, mataberita.net — Banjir di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo menyebabkan sembilan kecamatan terendam banjir dan 4.533 rumah warga terdampak serta satu orang meninggal dunia, akibat curah yang tinggi sejak Rabu (10/07/2024) kemarin.
“Hampir seluruh kawasan di Kota Gorontalo terpapar banjir hingga saat ini. Ya kita harus memperhatikan ada apa dengan kondisi lingkungan, ada apa infrastruktur drainase dan seterusnya,” ucap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari di akun Youtube BNPB, pada Senin (15/07/2024).
Berdasarkan hasil pengamatan BMKG secara umum, kata Muhari, tidak ada kondisi hujan yang cukup tinggi. Namun dari kondisi regional yang memungkinkan pada waktu-waktu tertentu meningkatkan intensitas hujan yang cukup signifikan.
“Peta kejadian di Kota Gorontalo cukup banyak. Kita sedang melakukan asesmen di lingkungannya, apakah itu dari danau, dari sungai dan apakah memang hujan dalam intensitas hujan lokal,” ungkapnya.
Muhari mencontohkan hujan yang terjadi di daerah urbanisasi seperti banjir di Jakarta, bukan hanya disebabkan oleh luapan sungai dan kiriman dari Bogor. Namun, intensitas hujan yang tinggi secara lokal dapat membuat terjadinya genangan.
BACA JUGA : Jokowi Perintahkan PLN Untuk Nyalakan Listrik di Wutung Daerah Papua Nugini
“Kadang-kadang banjir di daerah urban ini, tidak hanya misalkan Jakarta, tidak hanya luapan sungai, tidak hanya banjir dari kiriman Bogor misalkan. Karena intensitas hujan di Jakarta saja, secara lokal saja itu membuat genangan cukup signifikan,” katanya.
Tak hanya BNBP, kata Muhari, tetapi pemerintah daerah juga diminta untuk melakukan asesmen kondisi lingkungannya.
“Diharapkan pemerintah daerah melakukan hal yang sama. Supaya solusi jangka panjangnya kita bisa lakukan bersama. Tentunya kita tidak mau ini sifatnya hanya spontan saja pada saat darurat saja, memadamkan api saja. Tapi tentunya harus ada perbaikan fundamental yang harus kita lakukan, supaya pada tahun depan, mungkin pada saat kita tidak tahu perkembangan cuaca, apakah La Ninanya tambah berat, kondisi seperti ini tidak terulang lagi,” ucapnya.
Sementara terkait longsor di area tambang emas tanpa izin di Kabupaten Bone Bolango, terang Muhari, kondisi topografi daerah tersebut memang rawan longsor.
“Topografinya cukup ekstrim, meskipun daerah terdampak longsor ini, tingkat kerawanan cukup tinggi. Kondisi seperti ini, apalagi kondisi topografinya rawan longsor, kemudian curah hujan yang cukup tinggi dan di dalamnya itu sudah terowongan-terowongan memudahkan itu ambruk dan memakan korban jiwa,” tuturnya.
Sehingga dengan adanya kejadian ini menjadi pembelajaran untuk menertibkan tambang-tambang ilegal.
“Harus menjadi perhatian bersama, pertanyaan dasarnya harus berapa puluh nyawa kita kehilangan untuk bisa menertibkan hal-hal seperti itu,” imbuhnya.