Jakarta, mataberita.net— Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto lebih memilih PDI-P daripada Joko Widodo atau Jokowi. Hal itu diungkapkan oleh salah satu pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Adi Prayitno.
Hal itu akan terjadi usai Prabowo resmi dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober 2024. “Rasa-rasanya setelah 20 Oktober, Prabowo ini akan jauh memprioritaskan PDI-P ketimbang Jokowi yang sudah tak lagi jadi presiden,” sebutnya Selasa (30/4).
“Prabowo masih cukup menghargai dan menjadikan Jokowi sebagai variabel penting. Karena sampai tanggal 20 saya kira Jokowi masih jadi presiden,” sambung Adi.
Menurutnya ketika Jokowi sudah lengser, Prabowo lebih prioritaskan PDI-P untuk bergabung ke pemerintahan. Tapi, ketika nantinya Jokowi masih ikut campur dalam pemerintahan Prabowo-Gibran, PDI-P tidak akan ikut berkoalisi.
BACA JUGA : Daftar Cagub-Wagub Jawa Barat
Setidaknya PDI-P barrier politiknya bagaimana hubungan Prabowo dan Jokowi. “Kalau sudah tak baik-baik saja, bukan tidak mungkin PDI-P itu akan jadi bagian dari koalisi,” ungkap Adi.
Adi meminta publik melihat apa yang terjadi setelah Jokowi menyerahkan kursi presiden kepada Prabowo pada 20 Oktober 2024. Ia meyakini bahwa Prabowo pasti akan mengedepankan dukungan yang berlimpah di parlemen.
Dari situ, nantinya Jokowi masih dianggap sosok yang penting atau tidak bagi Prabowo. “Karena kalau mau jujur, Prabowo ini pasti akan bicara ke depan, bagaimana mendapatkan dukungan berlimpah, dukungan politik, dukungan partai solid, sehingga semua keputusan politik bisa berjalan dengan baik,” jelas Adi.
Adi pun meyakini partai Gerindra dan Prabowo tidak nyaman jika PDI-P berada di luar kekuasaan. Pasalnya, PDI-P merupakan partai pemenang Pileg 2024 dan pemilik kursi terbanyak di parlemen.
PDI-P juga berpengalaman sebagai oposisi. “Mereka bisa kritis dan selalu bisa resisten setiap keputusan politik Prabowo,” pungkas Adi.