Jakarta, mataberita.net — Nissan bakal melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 9.000 pekerja dan mengurangi kapasitas produksi global sebesar 20 persen.
Perusahaan juga memangkas proyeksi laba tahun ini sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi di pasar China dan Amerika Serikat (AS).
Produsen mobil terbesar di Jepang ini merevisi perkiraan laba operasi tahunan menjadi turun 70 persen ke 150 miliar yen (US$975 juta) atau senilai Rp15,3 triliun (asumsi kurs 15.740 per dolar AS), setelah sebelumnya menurunkan proyeksi 17 persen pada tahun ini.
BACA JUGA : Tiket KA Untuk Libur Nataru 2024/2025 Sudah Bisa di Pesan
Pada kuartal kedua tahun fiskal yang berlangsung dari Juli hingga September, laba operasi perusahaan anjlok hingga 85 persen menjadi 32,9 miliar yen, jauh di bawah perkiraan konsensus LSEG yang berada di angka 66,8 miliar yen.
“Nissan akan merestrukturisasi bisnis agar lebih ramping dan tangguh, serta mengatur ulang manajemen agar dapat merespons perubahan lingkungan bisnis dengan cepat dan fleksibel,” tutur CEO Nissan Makoto Uchida dalam pernyataan resmi yang dikutip Reuters, pada Kamis (7/11).
“Langkah pemulihan ini tidak berarti bahwa perusahaan sedang menyusut,” lanjutnya.
Penjualan global Nissan merosot 3,8 persen menjadi 1,59 juta unit untuk semester pertama tahun fiskal ini, yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan penjualan 14,3 persen di China.
Di pasar AS, penjualan turun hampir 3 persen, mencapai sekitar 449 ribu kendaraan. Kedua pasar ini menyumbang hampir setengah dari volume penjualan global Nissan.
Uchida juga menyebutkan bahwa model utama Nissan di AS tidak terjual sebaik yang diperkirakan, dan Nissan juga belum memiliki lini produk hybrid dan plug-in hybrid yang memadai untuk memenuhi permintaan yang meningkat pesat.
Seperti banyak produsen otomotif asing lainnya, Nissan menghadapi tekanan dari para pesaing lokal di China, terutama di segmen kendaraan listrik yang sedang booming.
Honda Motor, pesaing terbesar kedua di Jepang, melaporkan penurunan mengejutkan sebesar 15 persen pada laba operasi kuartal kedua mereka, sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam dalam penjualan di China.
Saham Nissan ditutup naik 2,2 persen menjelang laporan laba, sementara pasar saham yang lebih luas turun 0,25 persen.