Home Daerah Nasional Internasional Ekonomi Infografis Sastra Science Olahraga Otomotif Teknologi Mataberita TV
Info Terkini : PT. Mata Digital Internasional, www.mataberita.net, independent dalam berita | PT. Mata Digital Internasional melalui website www.mataberita.net melayani Jasa Produksi dan Penayangan Film, Company Profile, Dokumenter, Talkshow, Monolog dan TVC | Selain itu juga melayani Management Artis, Penyanyi, Chef, Aktor, Aktris, Band dan lainnya | Kami juga melayani Konsultasi Hukum, Manajemen, Broadcasting dan lainnya | Ditambah pula melayani Pelatihan Berbagai Bahasa diantaranya Inggris, Indonesia, Jerman, Korea, Jepang, Mandarin, Arab dan sebagainya | Tak ketinggalan pun melayani Pelatihan atau Diklat Jurnalistik, Bahasa, Broadcasting, Public Speaking, Design, Desain Grafis, Editing, IT, Hukum dan sebagainya | Nah... Kami juga menjual berbagai produk makanan dan minuman seperti Pempek Palembang, Kue Semprong, Thai Tea, Green Tea, Espresso, Cappucino, Americano dan masih banyak lagi | Yang suka berbusana Batik khas Pekalongan juga bisa memesan ke Kami yaaa... | Alami kendala Kompor Gasnya juga bisa dilayani oleh Kami | So kunjungi terus website kami di www.mataberita.net | Upz sampai lupa deh, hubungi Kami bisa ke (021) 89229850 atau bisa datang ke Jl. Kav. H. Umar II no 319, Teluk Pucung, Bekasi Utara, Kota Bekasi yaaa...| Kami juga melayani by seluler WhatsApp dengan menugaskan PIC Ayu Yulia Yang di 08567971900 | Percayakan Kami sebagai Mitra, Partner dan Relasi Anda...

Menteri Bappenas Sebut 46 Persen Penerima Bansos Salah Sasaran

Foto : Menteri Bappenas Sebut 46 Persen Penerima Bansos Salah Sasaran

Jakarta, mataberita.net — Kementerian Sosial (Kemensos) mempertanyakan pernyataan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa yang menyebut 46 persen penerima bantuan sosial (bansos) tidak tepat alias salah sasaran.

Staf Khusus Mensos Bidang Pengembangan SDM dan Program Kementerian Suhadi Lili mengatakan perlu ditelisik lebih jauh apakah pernyataan Suharso itu fakta atau hipotesis.

“Jadi begini, 46 persen itu fakta atau hipotesa? Kalau itu fakta tentunya bisa dilacak daftarnya untuk kita tindaklanjuti satu per satu,” ungkap Suhadi di Kantor Kemensos, Cawang, Jakarta, pada Jumat (21/06/2024).

Suhadi menyinggung soal pusat data Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) yang belum lama ini diluncurkan oleh Bappenas. Menurutnya, data Regsosek juga belum bisa dikatakan lebih baik dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kemensos.

“Misalnya, tidak percaya DTKS dan membuat data sendiri yang diyakini pasti lebih baik untuk hipotesa itu tepat tidak? Itu hipotesa, masih belum terbukti,” tuturnya.

Tetapi, Suhadi mengatakan DTKS sudah berjalan. Selain itu, data DTKS juga dikumpulkan dengan mengacu pada aturan perundang-undangan.

BACA JUGA : Gubernur DKI Jakarta Heru Buka Suara Terkait PBB-P2 Yang Tidak Berdampak Bagi Masyarakat Bawah

“Yang terjadi di sini adalah sistem yang sudah berjalan, sudah melalui audit BPKP, BPK, KPK, dan sebagainya. Jadi posisinya beda. Undang-undang ini sudah ketat sekali mengatur. Kalau kami tidak melalui prosedur di sana, salahlah kami, melanggar undang-undang konsekuensinya berat,” ucap dia.

Sebelumnya, Suharso mengungkapkan 46 persen penerima bansos tidak tepat alias salah sasaran.

Angka itu diungkap Suharso dalam Peluncuran Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek): Wujudkan Satu Data Menuju Indonesia Emas 2045 di Kementerian Keuangan, Jakarta, pada Kamis (20/06/2024).

“Data yang dievaluasi Bappenas akibat adanya exclusion dan inclusion error itu kira-kira sekitar 40-an persen itu melenceng, (tepatnya) 46 persen tidak tepat,” tutuy Suharso.

Ia mengatakan besarnya jumlah penerima bansos yang salah sasaran karena buruknya pendataan. Karena itu, pemerintah merilis Regsosek yang bakal menjadi basis data penerima bansos.

Leave a Reply