Jakarta, mataberita.net — Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan 2 calon kuat investor proyek LRT Bali, di mana dipastikan salah satunya bukan China.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan calon kuat pertama adalah Korea Selatan. Ini sekaligus membantah isu yang beredar bahwa Negeri Ginseng itu batal menanamkan modalnya di Pulau Dewata.
“Korea menurut hemat saya masih on (berinvestasi di LRT Bali),” katanya di Kompleks DPR RI, Jakarta Pusat, pada Senin (09/09/2024).
“(Investor LRT Bali) dari China belum ada,” lanjut Budi.
Anak buah Presiden Joko Widodo itu menekankan tetap memberi ruang untuk semua calon investor. Bahkan, menurutnya lebih banyak pemodal yang masuk ke Bali akan semakin baik.
Selain Korsel, investor kedua adalah dari dalam negeri. Budi tak merinci lebih lanjut siapa pihak lokal yang akan menanamkan modalnya untuk membangun proyek transportasi massal berbasis rel pertama di Bali itu.
“Ada beberapa local investor mau. Makin banyak investor itu ada di sini, ya makin baik,” terang Budi
“Dua (calon investor), dari Korea dan dalam negeri,” imbuhnya.
BACA JUGA : Erick Thohir Pastikan Tidak Ada PHK Terhadap Karyawan Angkasa Pura Usai Merger Jadi Angkasa Pura Indonesia
Proyek LRT bawah tanah di Bali senilai US$10,8 miliar atau setara Rp167 triliun (asumsi kurs Rp15.488 per dolar AS) resmi dimulai pada Rabu (04/09/2024). Ini ditandai dengan Upacara Ngeruak di Transit Oriented Development (TOD) Sentral Parkir, Kuta, Badung, Bali.
Proyek LRT Bali akan dibangun dalam empat fase. Fase pertama mencakup Bandara I Gusti Ngurah Rai-Kuta Central Parkir-Seminyak-Berawa-Cemagi sepanjang 16 kilometer (km).
Kedua, jalur Bandara I Gusti Ngurah Rai-Universitas Udayana (Unud)-Nusa Dua dengan panjang 13,5 km. Lalu, fase ketiga masih dalam tahap studi kelayakan atau feasibility study (FS), di mana meliputi Kuta Central Parkir-Sesetan-Renon-Sanur. Sedangkan fase keempat yang juga masih di tahap FS adalah Renon-Sukawati-Ubud.