Jakarta, mataberita.net — Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengatakan e-commerce bakar duit hingga Rp80 triliun buat diskon belanja pada 2022.
Menurut dia, aksi bakar duit dilakukan demi menggairahkan daya beli masyarakat berbelanja online.
“Ini (e-commerce) masuk dan bakar duit. Tahun 2022 dibakar Rp80 triliun, yang menikmati middle class, tapi banyak lower class dapat income. Ada daya beli subsidi indirectly,” tutur Jahja saat menghadiri BCA UKM Fest di Mal Kota Kasablanka, pada Rabu (07/08/2024).
Tetapi, Jahja melihat kini bakar duit lewat dengan menebar diskon belanja oleh e-commerce mulai berkurang.
Akibatnya, masyarakat harus berbelanja online dengan biaya lebih tinggi. Pada akhirnya, Jahja menilai hal ini menjadi salah satu biang kerok turunnya daya beli masyarakat.
Selain seret diskon, Jahja menuding maraknya judi online (judol) jadi pemicu daya beli lesu. Sebab, gara-gara berjudi itu masyarakat kehilangan banyak uang.
“Orang sudah hopeless, judol. Bahkan bank dibawa-bawa. Cara judol ada e-wallet, ada tunai banyak sekali tidak ter-detect. Ini menggerogoti daya beli masyarakat,” ucapnya.
Selanjutnya, Jahja menyebut berkurangnya jumlah pinjaman online (pinjol) ilegal juga membuat daya beli masyarakat turun.
BACA JUGA : Luhut Ucapkan Salam Perpisahan Kepada Jokowi Jelang Masa Jabatannya Selesai
Ia menuturkan pada saat covid-19 melanda, keberadaan pinjol ilegal marak di Indonesia. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang meminjam uang.
Jahja mencontohkan ada satu orang yang bisa meminjam dana pada 20 pinjol sekaligus. Hal itu terjadi lantaran ia gali lobang tutup lobang. Dengan kata lain, saat ia tidak bisa membayar utang di satu pinjol, ia akan meminjam ke pinjol lain untuk membayar tagihan.
Meski merugikan masyarakat, Jahja menyebut kehadiran pinjol ilegal turut mengerek daya beli secara tidak langsung.
Tetapi, saat ini pinjol ilegal sudah diberantas oleh Otorita Jasa Keuangan (OJK). Oleh karena itu, daya beli juga cukup terkikis.
Penurunan daya beli memang tengah terjadi di Tanah Air.
Data Mandiri Spending Index menunjukkan tabungan konsumen menengah dengan nilai Rp1 juta hingga Rp10 juta, turun dari kisaran 100 pada Januari 2023 menjadi 96,6 pada Mei 2024. Fenomena makan tabungan paling dalam terjadi pada April 2024, yakni di level sekitar 90-an.
Berdasarkan data bank pelat merah itu, indeks daya beli kelas menengah turun dari level 130-an pada Januari 2023 menjadi 122,7 pada Mei 2024.
Tanda-tanda pelemahan daya beli terlihat dari deflasi yang selama tiga bulan terakhir. Tercatat, deflasi Mei minus 0,03 persen (yoy), minus 0,08 persen pada Juni dan minus 0,18 persen pada Juli.
Ada beberapa faktor yang mendukung. Pertama, deflasi yang tercatat tiga bulan berturut-turut. Kedua, menurunnya kinerja industri manufaktur sehingga PMI Manufaktur masuk ke zona kontraksi.
Ketiga, terjadi banyak PHK akibat melemahnya permintaan sehingga produksi tertahan dan ekspor menurun.