Jakarta, mataberita.net — Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan Indonesia tergolong rawan krisis kelaparan jika tidak menggenjot produksi pangan dalam negeri. Krisis kelaparan bisa melanda 7-16 persen dari total 281.603.800 juta penduduk Indonesia, atau sekitar 19 juta hingga 45 juta orang.
“Ada 59 negara terancam rawan kelaparan, ada 10 negara sudah kelaparan. Saudara kita, kita cek tadi bertambah lagi ada 970 juta (orang) kelaparan saat ini. Ini ada beberapa negara, Kongo, Nigeria, Sudah, Afganistan, dan seterusnya,” ucapnya dalam Acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional Tahun 2024, pada Selasa (25/06/2024).
“Ini kondisi kelaparan saat ini, Indonesia termasuk rawan, rentan kelaparan 7-16 persen,” katanya.
Amran menyebut Indonesia harus menggenjot produksi pangan, khususnya beras dalam tiga bulan ke depan. Kementan sudah menyiapkan tiga program unggulan yakni pompanisasi sawah, optimalisasi lahan pertanian, dan program padi gogo.
Untuk program pompanisasi, sambungnya, pemerintah telah membagikan 24 ribu unit pompa ke wilayah pertanian. Kemudian 46 ribu unit pompa disiapkan untuk didistribusikan ke berbagai daerah.
Ia mengingatkan agar pompa dibagikan ke daerah dengan sungai yang masih banyak airnya.
“Tolong yang minta pompa dulu jangan yang tidak punya sungai, jangan yang sungainya sudah kering minta pompa. Tolong yang ada mengalir air sepanjang tahun diprioritaskan,” tuturnya.
BACA JUGA : Kapolri Resmi Luncurkan Aplikasi Digital Terkait Layanan Izin Penyelenggaraan Acara
Namun, Amran mengatakan program-program Kementan itu tak bisa berjalan tanpa kerja sama pemerintah daerah (pemda). Karenanya, ia meminta agar setiap pemda turun langsung mengamankan komoditas pangan di wilayahnya masing-masing.
“Bapak Ibu sekalian, tolong kadis (pertanian) kabupaten, Anda ujung tombak. Tolong kadis provinsi, tolong sampaikan salam hormat saya kepada bupati, gubernur, kami komunikasi dengan mendagri (mendagri) agar perhatian serius sektor pangan hari ini sangat kritis dan ini bisa berbahaya kalau kita tidak serius,” ucapnya.
Masalah kelaparan juga menjadi perhatian Presiden Jokowi. Ia mewanti-wanti akan terjadi kelaparan berat serta 50 juta petani kekurangan air pada 2050.
Ia mengatakan hal itu disebabkan oleh gelombang panas. Peringatan gelombang panas telah disampaikan oleh Badan Pangan Dunia (FAO) bahwa suhu akan mencapai level tertinggi lima tahun ke depan.
“FAO (organisasi di bawah PBB) mengatakan jika didiamkan seperti sekarang ini, enggak ada pergerakan apa-apa, (pada) 2050 dunia akan kelaparan berat. Ini yang harus direncanakan diantisipasi sejak sekarang, karena diperkirakan 50 juta petani akan kekurangan air,” kaitannya dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2024, pada Jumat (13/06/2024).
Jokowi mengatakan jika petani kekurangan air, maka produksi pangan akan terganggu sehingga stok berkurang. Akibatnya harga pangan terkerek dan inflasi meningkat.
Karena itu, ia menugaskan Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam tiga bulan ke depan untuk memasang sekitar 20 ribu pompa di daerah sentra produksi pangan terutama beras. Pompa tersebut akan membuat air dari sungai mengairi sawah.
“Akan saya cek di lapangan sehingga betul-betul saat kering karena El Nino di beberapa wilayah mungkin Juli sudah mulai, mungkin yang masuk Agustus, September, Oktober kita siap, sehingga produksi tidak turun,” pungkasnya.