Home Daerah Nasional Internasional Ekonomi Infografis Sastra Science Olahraga Otomotif Teknologi Mataberita TV
Info Terkini : PT. Mata Digital Internasional, www.mataberita.net, independent dalam berita | PT. Mata Digital Internasional melalui website www.mataberita.net melayani Jasa Produksi dan Penayangan Film, Company Profile, Dokumenter, Talkshow, Monolog dan TVC | Selain itu juga melayani Management Artis, Penyanyi, Chef, Aktor, Aktris, Band dan lainnya | Kami juga melayani Konsultasi Hukum, Manajemen, Broadcasting dan lainnya | Ditambah pula melayani Pelatihan Berbagai Bahasa diantaranya Inggris, Indonesia, Jerman, Korea, Jepang, Mandarin, Arab dan sebagainya | Tak ketinggalan pun melayani Pelatihan atau Diklat Jurnalistik, Bahasa, Broadcasting, Public Speaking, Design, Desain Grafis, Editing, IT, Hukum dan sebagainya | Nah... Kami juga menjual berbagai produk makanan dan minuman seperti Pempek Palembang, Kue Semprong, Thai Tea, Green Tea, Espresso, Cappucino, Americano dan masih banyak lagi | Yang suka berbusana Batik khas Pekalongan juga bisa memesan ke Kami yaaa... | Alami kendala Kompor Gasnya juga bisa dilayani oleh Kami | So kunjungi terus website kami di www.mataberita.net | Upz sampai lupa deh, hubungi Kami bisa ke (021) 89229850 atau bisa datang ke Jl. Kav. H. Umar II no 319, Teluk Pucung, Bekasi Utara, Kota Bekasi yaaa...| Kami juga melayani by seluler WhatsApp dengan menugaskan PIC Ayu Yulia Yang di 08567971900 | Percayakan Kami sebagai Mitra, Partner dan Relasi Anda...

Crazy Rich AS Alihkan Hartanya Ke Negara Swiss

Foto : Crazy Rich AS Alihkan Hartanya Ke Negara Swiss

Jakarta, mataberita.net — Orang kaya Amerika Serikat (AS) berbondong-bondong membuka rekening di Swiss dan mengalihkan hartanya dari AS. Gelombang peralihan portofolio kaum crazy rich ini terjadi gara-gara perang dagang yang disulut Presiden AS Donald Trump.

CNBC melaporkan fenomena ini sebagai bagian dari ‘de-Amerikanisasi’. Bank-bank di Swiss mengakui adanya lonjakan migrasi kekayaan dari warga AS. Fenomena ini dilaporkan mulai ramai dalam beberapa bulan terakhir.

Alpen Partners International, sebuah firma konsultan keuangan di Swiss, melihat fenomena ini telah terjadi dalam tiga gelombang. CEO Alpen Partners International Pierre Gabris menilai pemantiknya adalah kesadaran warga AS untuk mendiversifikasi aset yang berbentuk dolar AS.

BACA JUGA : UOB Indonesia Jalin Kemitraan Strategis Dengan Zurich, Perluas Akses Perlindungan Perjalanan Bagi Nasabah

“Banyak orang Amerika menyadari bahwa 100 persen portofolio mereka dalam bentuk dolar AS, sehingga mereka berpikir, ‘Mungkin saya harus melakukan diversifikasi’,” terangnya, pada Jumat (18/04/2025).

Sedangkan gelombang pertama terjadi saat Barack Obama terpilih menjadi Presiden AS ke-44 pada 2009, yang kemudian menjabat dua periode sampai 2017. Lalu, gelombang kedua peralihan kekayaan ke Swiss terjadi di masa pandemi covid-19.

“Sekarang, tarif (yang ditetapkan Donald Trump) menyebabkan gelombang baru,” ujar Gabris soal gelombang ketiga.

Gabris mengatakan banyak dari orang-orang kaya tersebut meyakini dolar AS bakal semakin melemah. Salah satu faktornya adalah beban utang Negeri Paman Sam yang terus melonjak.

Di samping itu, harta crazy rich dihantui langkah politik Trump. Para pemilik uang tersebut menganggap aksi Trump sebagai kemunduran dalam supremasi hukum di Negeri Paman Sam.

Sedangkan Swiss yang dianggap negara netral dipilih karena ekonominya stabil, memiliki mata uang yang kuat, dan sistem hukum andal. Selain itu, ada yang mengalihkan kekayaannya demi membeli emas fisik karena Swiss terkenal sebagai tempat penyimpanan dan penyulingan.

Tak sedikit juga yang mencari tempat tinggal atau ingin membeli properti. Meski, ini dianggap sebagai rencana cadangan.

Kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025 lalu membuat dunia gonjang-ganjing. Terlebih, AS terus terus menekan China yang memberikan perlawanan dengan mematok tarif impor sampai 245 persen.

Sementara itu, Trump menunda implementasi tarif impor tinggi itu selama 90 hari sejak 9 April 2025. Ini dilakukan salah satunya untuk membuka ruang diskusi dan negosiasi dengan sejumlah negara.

Leave a Reply