Jakarta, mataberita.net — Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri mengungkap kasus penipuan atau scam online jaringan internasional yang beraksi di Indonesia, Thailand, India, dan China. Bareskrim mengungkap alasan sindikat itu menyasar korban dari empat negara itu.
“Jadi dia melihat Indonesia karena warga negara yang ikut itu Indonesia, kemudian di-blasting ke beberapa negara. China karena penduduknya banyak, kemudian India itu padat,” tutur Direktur Tindak Pidana Siber (Dirtipidsiber) Bareskrim Polri Brigjen Himawan Bayu Aji dalam konferensi pers di gedung Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, pada Selasa (16/07/2024).
Himawan juga mengatakan para tersangka melakukan pemetaan aktivitas pengguna internet di negara yang disasar. Dia mengatakan para tersangka telah melakukan profiling terlebih dulu.
BACA JUGA : Proyek Pertama di Dunia, PTBA Anggota Grup MIND ID Kolaborasi Dengan BRIN
“Kemudian kita lihat dengan social engineering mana yang kira-kira terlihat banyak atau cukup banyak gunakan aktivitas online ini juga menjadi salah satu sasaran. Selain mereka juga secara social engineering mem-profiling kira-kira mana yang mungkin atau jadi korban terbanyak,” ucapnya.
Sindikat tersebut, menurut Himawan, melakukan aksinya dengan menyebarkan link melalui platform online seperti Facebook hingga WhatsApp. Aksi scamming itu dikendalikan dari Kota Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
“Kenapa ini di Dubai? Karena ini pusatnya mereka di Dubai, kita ambilnya Dubai ini kita juga hasil penelusuran yang diberangkatkan kemudian ada di Dubai, ada penerjemah di sana,” imbuhnya.
Total, ada empat orang yang ditetapkan sebagai tersangka dari jaringan penipuan ini. Selain WN China ZS selaku pimpinan, Bareskrim Polri menangkap tiga warga Indonesia berinisial NSS, H, dan M yang membantu ZS dalam melakukan aksi penipuan internasional.
Dari bisnis ilegal ini, SZ bersama sindikatnya meraup Rp 1,5 triliun. Hasil itu berdasarkan bisnis penipuan dari empat negara yakni, Indonesia Rp 59 miliar, India Rp 1,077 triliun, China Rp 91 miliar, dan Thailand Rp 288 miliar.