Jakarta, mataberita.net — Staf khusus presiden bidang ekonomi Arif Budimanta mengungkap cara pemerintah menjaga jutaan kelas menengah di Indonesia tak jatuh miskin. Terdapat dua pendekatan yakni menciptakan lapangan kerja dan mendukung aktivitas kewirausahaan.
“Penciptaan lapangan kerja tentu membantu membangun ekosistem berusaha yang didorong oleh kekuatan dalam negeri, bukan hanya dari sisi produksi dan bahan baku, tetapi juga dari sisi pembiayaan kemudiaan juga pasar,” tutur Arif usai meninjau nasabah program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) PT Permodalan Nasional Madani (PNM) di Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, pada Jumat (27/09/2024).
Sebelumnya, muncul laporan kelas menengah di Indonesia mengalami tren penurunan dan terancam masuk kelompok miskin.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Bank Mandiri dalam Daily Economic and Market mencatat proporsi kelas menengah dalam struktur penduduk Indonesia pada 2023 cuma 17,44 persen. Jumlah ini anjlok dari proporsi pada 2019 yang mencapai 21,45 persen.
BACA JUGA : DJBC Kemenkeu Buka Suara Terkait Rencana Kenaikan Harga Jual Eceran Rokok Pada 2025
Dalam periode yang sama jumlah kelompok rentan malah meningkat. Tercatat jumlah masyarakat rentan naik dari 68,76 persen pada 2019 menjadi 72,75 persen pada 2023.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga melaporkan jumlah penduduk kelas menengah turun drastis dari 57,3 juta pada 2019 menjadi 47,85 juta jiwa pada 2024.
Kelompok rentan adalah masyarakat dengan pengeluaran Rp354 ribu hingga Rp532 ribu per bulan.
Sementara itu, kelas menengah merupakan individu yang pengeluaran setiap bulan berkisar Rp1,2 juta- Rp6 juta, dan kelompok miskin adalah mereka yang pendapatan per bulan kurang dari Rp800.000.
Menurut Arif agar kelas menengah ini agar tidak terjerembab ke kolam kemiskinan, Arif menekankan betapa penting menjaga ekosistem kewirausahaan sebab ini untuk menjaga kondisi finansial kelas menengah.
“Kalau ekosistemnya kita jaga dengan baik, makronya otomatis, kekhawatiran [kelas menengah jatuh miskin] itu enggak ada,” imbuh dia.
Arif lalu menyebut program seperti Mekaar sangat membantu dan “perlu diperbanyak.”
Mekaar merupakan program PNM yang menyasar perempuan berkeluarga yang tergolong pra-sejahtera. Program ini menerapkan sistem tanggung renteng yang berarti meminjam dalam bentuk kelompok.
Total nasabah atau peserta Mekaar PNM saat ini mencapai 15,1 juta. Arif memandang angka ini belum cukup.
“Ini 15 juta engga cukup. Kalau menurut saya mungkin harus 50 juta dalam 5 tahun yang akan datang dan subsidi juga untuk insentif, seperti KUR,” ujar dia lagi.
KUR merupakan Kredit Usaha Rakyat dan salah satu program pemerintah yang memberikan pembiayaan ke Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). KUR disalurkan lembaga keuangan dengan bunga yang rendah dan penjaminan.