Jakarta, mataberita.net- Aplikasi Temu di Indonesia menjadi ancaman dan bisa membunuh usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM). Pasalnya, platform belanja online ini menghubungkan langsung konsumen dengan produsen. Hal itu disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi.
Budi menegaskan tidak ada ruang bagi aplikasi Temu di Indonesia. “Kita tetap larang [Temu beroperasi di Indonesia]. Hancur UMKM kita kalau dibiarin,” sebutnya, seperti dikutip pada Kamis (3/10)
“Tidak ada lagi reseller, affiliator, dan pihak ketiga dalam rantai pasok tersebut sehingga lebih berbahaya bagi UMKM. Selain itu, harga yang ditawarkan aplikasi ini juga terlewat murah.Temu enggak bisa, karena merusak ekosistem, terutama UMKM Indonesia,” kata Budi.
Dimana sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mengatakan aplikasi Temu asal China telah mencoba mendaftar untuk beroperasi di Indonesia sebanyak tiga kali.
Temu mendaftar melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Namun, pendaftaran Temu tidak disetujui karena sudah ada merek bisnis yang menggunakan nama tersebut.
“Temu sudah mendaftar ke Kemenkumham untuk hak mereknya per September 2022. Jadi sejak 7 September, telah tiga kali ya berupaya mendaftarkan merek. Tapi memang kebetulan di Indonesia sudah ada yang punya,” sebut Fiki Satari.
Baca Juga :
Minuman Berakohol Dapat Sertifikasi Halal
Temu masih berusaha masuk ke Indonesia dengan mengajukan banding ke Kemenkumham. Meski demikian, Fiki menyebut model bisnis yang menghubungkan pabrik dengan konsumen secara langsung itu tidak sesuai dengan kebijakan perdagangan Indonesia.
Sementara Direktur Utama Smesco Indonesia Wientor Rah Mada mengatakan jika Temu masuk ke Indonesia maka UMKM dalam negeri bisa terancam. Pasalnya Temu menawarkan produk dengan harga yang sangat murah. Bahkan di negara-negara lain seperti Thailand dan Amerika Serikat (AS) memberikan diskon hingga 90 persen.
“Kami mengindikasikan di beberapa kondisi mereka memberikan harga 0 persen. Di AS mereka sempat memberikan harga 0 persen. Jadi buyer hanya membayar ongkos kirim. Temu ini aplikasi jahat dari China,” pungkas Wientor.