Jakarta, mataberita.net — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman buka-bukaan soal upaya yang dilakukan kementeriannya untuk mewujudkan swasembada dan menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia.
Menurut dia, langkah ini sangat penting karena hampir semua negara di dunia tengah menghadapi tantangan sulit. Tantangan itu seperti perubahan cuaca hingga gelombang panas.
Ia mengungkapkan salah satu upaya yang dilakukan kementeriannya untuk mewujudkan swasembada pangan adalah dengan melaksanakan program cetak sawah. Salah satunya di Merauke, Papua.
Ia mengungkapkan sampai saat ini program cetak sawah 1 juta hektare (ha) di Merauke, Papua berjalan sesuai rencana. Bahkan, Amran mengirimkan 260 unit traktor untuk tancap gas menggarap lahan di sana.
“Kami berangkatkan traktor 260 unit. Ini kami berangkatkan ke sana dan kami minta satu minggu tiba karena kami mau kerjakan,” ungkap Amran di Kantor Kementan, pada Kamis (19/09/2024).
Ia lintas menyatakan traktor dan sejumlah teknologi pertanian di Merauke pun dijalankan oleh anak-anak muda. Selain itu, ia juga mengaku berhasil mengoptimalisasi lahan rawa di Merauke seluas 33 ribu HA per September 2024 ini.
Luasan optimalisasi itu hampir mencapai target, yakni 40 ribu HA. Menurut Amran, saat ini seluas 33 ribu HA lahan bekas rawa sudah berhasil panen.
“Sekarang sudah panen. Sudah 30 ribuan (HA) sebentar lagi 40 ribu. Selesai, masa tanam 4 kali. Menggunakan alat mesin pertanian mulai tanam sampai panen,” katanya.
Selain dari Merauke, Amran juga mengoptimalkan cetak sawah seluas 500 ribu HA di Kalimantan Tengah.
Ia bercerita melihat potensi cetak sawah di sana berdasarkan pantauan udara menggunakan helikopter. Amran pun melihat di sana terdapat bagian sungai Kapuas yang memiliki cakupan perairan hingga 400 ribu HA.
Tetapi, di sekitar sungai tersebut belum ada sawah. Oleh karena itu, ia pun mendorong cetak sawah di sekitar sungai tersebut.
BACA JUGA : Pertamina Patra Niaga Semakin Perkuat Perannya Dukung Pemerintah Kurangi Emisi Karbon di Sektor Penerbangan
Kendati, hal itu bukan tanpa tantangan. Amran menuturkan para penduduk di sana mengatakan lahan di Kalimantan Tengah sulit ditanami karena mengandung pirit.
Pirit merupakan mineral tanah FeS2 yang sering ditemukan di lahan rawa. Pirit yang berada dibalik lapisan gambut atau tanah mineral yang tergenang air aman bagi tanaman.
Tetapi, bila pirit tersingkap lalu bersentuhan dengan udara akan menjadi sangat berbahaya karena teroksidasi. Proses itu menimbulkan kemasaman tanah yang hebat.
Amran pun mengaku bisa menyelesaikan masalah tersebut. Kini, lahan di Kalimantan Tengah itu bisa ditanami.
“Alhamdulillah sekarang sudah bisa tanam. Bayangkan sumber daya alam kita melimpah,” ujar Amran.
Selain cetak sawah, Amran juga mendorong transformasi pertanian tradisional ke modern. Ia menilai pertanian modern dapat menekan biaya produksi hingga 50 persen.
Pertanian modern, kata Amran, juga bisa meningkatkan produktivitas hingga 100 persen.
Amran pun bakal melibatkan mahasiswa untuk pengembangan program cetak sawah satu juta hektare. Para mahasiswa pun dijanjikan raup pendapatan minimal Rp10 juta per bulan.
Amran menuturkan saat ini pihaknya telah melibatkan 3.000 mahasiswa melalui program Merdeka Belajar ke lapangan.