Jakarta, mataberita.net — Pabrik-pabrik asal China mulai bermanuver untuk membalas perang dagang yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump.
Manuver baru mereka lakukan dengan menyeret perang dagang ke media sosial TikTok.
Sejumlah akun TikTok yang mengaku jadi produsen barang bermerek, seperti Lululemon dan Hermes, ramai-ramai mengajak orang AS untuk berbelanja langsung produk ‘luxury brand’ itu dari pabriknya di China demi menghindari tarif impor Trump.
“Kenapa kamu tidak menghubungi kami saja dan membelinya dari kami? Kamu tidak akan percaya dengan harga yang akan kami berikan,” tutur pengguna TikTok bernama Wang Sen, pada Rabu (16/04/2025).
BACA JUGA : KKP Wajibkan Seluruh Kapal Perikanan Wajib Pasang Vessel Monitoring System
Wang Sen melakukan promosi itu sambil berdiri di depan tas mirip Birkin yang merupakan produk hit dari Hermes. Ia mengaku menjadi bagian dari pabrik yang memproduksi barang-barang mewah, lalu dijual sesuai merek pemesan.
Tetapi, tak lama kemudian, video itu diturunkan oleh TikTok setelah viral di internet.
Kreator TikTok lainnya bernama LunaSourcingChina menggembar-gemborkan dua pabrik di Yiwu, kota yang dikenal dengan toko grosir.
Dia menawarkan legging Lululemon yang biasanya seharga US$98 atau setara dengan Rp1,65 juta. Ia kemudian mengklaim produk serupa dapat dibeli di dua pabrik itu dengan harga sekitar US$6 atau Rp101.183 saja.
“Aku rasa kebanyakan dari kalian tahu harga Lululemon dan merek-merek besar lainnya. Tahu enggak, di dua pabrik ini, kalian bisa mendapatkannya cuma dengan US$5-US$6,” ucapnya.
Perang dagang model baru itu berbarengan dengan meningkatnya tren penggunaan beberapa aplikasi penjual barang-barang palsu China. Misalnya, DHgate yang menduduki peringkat kedua aplikasi terlaris di App Store Apple AS.
Kemudian, ada aplikasi Taobao di peringkat ketujuh. Situs ini merupakan situs perdagangan online asal China.
Meski begitu, sejumlah pakar mengakui kredibilitas akun-akun tersebut patut diuji. Sebab, menurut para ahli, pabrik yang asli biasanya memiliki klausul kontrak kerahasiaan dari publik.
Selain itu, profesor Universitas Kesenian London Regina Frei mengatakan produk-produk merek mewah biasanya tak hanya diproduksi di China. Produk-produk itu menjalani rangkaian produksi di beberapa negara sebelum masuk ke pasar.
“Jika kamu bicara soal tas tangan yang sangat mahal yang melibatkan banyak pekerjaan manual, kemungkinan mereka dibuat di suatu tempat, lalu diselesaikan di tempat lain, katakanlah di Perancis,” beber Frei.
Tetapi, fenomena perang dagang di TikTok dimaknai sebagai bentuk dampak perang tarif Trump. Selain mengungkap kegusaran konsumen, hal ini juga mengungkap betapa pasar AS begitu bergantung ke China.
Para pengguna TikTok itu seperti mengungkapkan pesan bahwa kebijakan tarif yang bertujuan untuk mengedepankan Amerika justru berisiko merugikan konsumen AS.