MATABERITA.NET, Gaza- Warga Palestina di Jalur Gaza memilih bertahan di tanah airnya meskipun hujan badai terjadi. Selain hujan badai betulan, ada pula ‘badai politik’ dari arah Amerika Serikat (AS) yang sampai ke wilayah pinggiran laut Mediterania itu, yakni berupa rencana Presiden AS Donald Trump merelokasi warga Gaza. “Dia gila ya?” kata warga Gaza bernama Abdel Ghani, dilansir Reuters, pada Jumat (7/2/25).
Abdel Ghani adalah ayah empat anak yang hidup bersama keluarganya di reruntuhan Gaza. Rumahnya hancur oleh serangan Israel. Apapun yang terjadi, dia bertahan. Angin kencang menghempas terpal plastik yang melindungi jendela dan lubang rumahnya. Air hujan masuk ke rumah. “Kita tidak akan menjual tanah kami untuk Anda, pengembang real estate. Kami ini lapar, tidak punya rumah, dan putus asa, tapi kita bukan pihak yang akan bekerja sama dengan Anda. Jika dia (Trump) ingin membantu, biarkan dia datang dan membangun kembali untuk kami di sini,” sebutnya.
Warga Gaza telah kembali dari pengungsian. Gencatan senjata sejak 19 Januari membuat mereka menyambangi kembali lingkungannya yang hancur oleh agresi Zionis. Di bulan pertama 2025 ini, kebetulan cuaca sedang hujan angin. “Cuaca pun tampaknya tidak berpihak pada kita, tetapi baik cuaca, Trump, maupun Israel tidak akan mengusir kita dari tanah kita,” kata Abdel Ghani.
Donald Trump berniat mengambil alih kawasan ini. Niatan Trump malah membuat warga Gaza lebih bertekad untuk bertahan.
“Meskipun kita sedang mengalami tragedi, meskipun hujan dan cuaca sangat buruk, orang-orang tetap hidup tanpa atap,” kata Qassem Abu Hassoun, yang berdiri di tengah hujan dan dikelilingi oleh rumah-rumah yang hancur dan jalan-jalan yang rusak di Rafah di Jalur Gaza selatan.
“Orang-orang bergantung pada negara mereka, tanah mereka. Orang-orang bergantung bahkan pada sebutir pasir dari negara mereka,” katanya kepada Reuters.
Pengusiran warga Palestina merupakan salah satu isu paling sensitif di Timur Tengah. Pengusiran paksa atau paksaan terhadap penduduk di bawah pendudukan militer merupakan kejahatan perang, yang dilarang berdasarkan Konvensi Jenewa 1949.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan Israel bernama Israel Katz memerintahkan tentara-tentaranya untuk mulai meninggalkan dari Gaza. Tentara Israel diarahkan keluar dari Gaza lewat darat maupun lewat laut.