Jakarta, mataberita.net — Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sebesar 50 basis poin (bps) pada bulan ini berdampak positif bagi perekonomian Indonesia.
The Fed memutuskan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak Maret 2020 atau dalam empat tahun terakhir.
“Ya itu adalah suatu langkah yang sudah diantisipasi. Tentu dampaknya terhadap perekonomian diharapkan positif, baik pada perekonomian Amerika Serikat (AS) dan juga kepada seluruh dunia,” tutur Sri Mulyani di Gedung DPR RI, pada Kamis (19/09/2024).
Menurut Ani, sapaan akrabnya, suku bunga bank sentral AS yang tinggi dalam waktu cukup lama tidak bagus bagi perekonomian dan pertumbuhan dunia usaha. Karenanya, ia melihat keputusan pemangkasan ini adalah hal baik dan angin segar.
BACA JUGA : Kementerian Kelautan dan Perikanan Ungkap Soal Asal-usul Susu Ikan
“Karena higher for longer merupakan salah satu faktor yang memberikan dampak sangat besar terhadap kinerja perekonomian di negara-negara berkembang. Jadi penurunan ini adalah yang memang kita harapkan,” terangnya.
The Fed pada Rabu (18/09/2024) waktu setempat memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 50 bps menjadi 4,75-5 persen. Salah satu pertimbangan karena inflasi yang mulai stabil bergerak di kisaran 2 persen.
Sebelum The Fed, Bank Indonesia (BI) lebih dulu memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 6 persen. Ada lima alasan, pertama, kondisi global terutama arah kebijakan The Fed yang semakin diyakini bakal menurunkan suku bunga bulan ini.
Kedua, karena nilai tukar rupiah yang stabil bahkan menguat. Ketiga, kinerja inflasi yang terjaga stabil dan bahkan rendah.
Keempat, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan kuat lagi. Kelima, untuk mendorong penyaluran kredit pembiayaan lebih tinggi dan mendukung kebijakan fiskal karena imbal hasil SBN akan ikut turun.