Jakarta, mataberita.net — Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP28 yang digelar di Dubai beberapa waktu lalu menghasilkan kesepakatan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk mencegah dampak perubahan iklim.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi langsung terhadap investasi dunia terhadap energi bersih dan berdampak langsung pada penurunan permintaan bahan bakar fosil khususnya batu bara.
Kesepakatan ini juga menjadi tantangan di Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh selaku salah satu daerah penghasil batubara Indonesia di ujung barat Pulau Sumatera.
PT Mifa Bersaudara (MIFA), anak perusahaan Media Djaya Bersama Group, telah beroperasi lebih dari satu dekade dan berhasil mendominasi ekspor batubara dari Kabupaten Aceh Barat dengan market India dan ASEAN.
MIFA memiliki karakteristik batu bara rendah kalori di angka 2800-3400 dengan harga jual relatif lebih rendah.
Direktur PT Mifa Bersaudara Adi Risfandi mengatakan, perubahan menuju transisi energi ini akan memaksa industri batubara secara global menyesuaikan strategi bisnis, beradaptasi dengan perubahan pasar, dan memastikan keberlanjutan operasi di tengah transisi global ini.
BACA JUGA : Jokowi Apresiasi dan Resmikan Pabrik Baru, Bahan Anoda Baterai Lithium
“PT Mifa Bersaudara telah menerapkan beberapa inovasi teknologi serta melakukan peningkatan dan perbaikan dalam rencana penambangan guna meningkatkan efisiensi serta mengurangi biaya produksi agar tetap kompetitif di pasar energi yang berubah,” tutur Adi saat pemaparan di The 3rd Sumatera Coal Outlook Conference, pada Rabu (07/08/2024).
Di samping itu, pihaknya juga terus melakukan perbaikan dalam aspek pengelolaan lingkungan untuk operasional tambang. Yakni memulai beradaptasi melakukan berbagai langkah strategis salah satunya dalam upaya mengurangi emisi karbon.
Salah satu contoh di PT Mifa Bersaudara telah dilakukan perpindahan energi dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil ke pembangkit listrik yang disupply oleh PLN di Area CCP (Coal Crushing Plant), Operasi Pelabuhan, dan Mess.
“Selain itu saat ini kami juga sedang melakukan penjajakan perihal penggunaan sumber energi terbarukan melalui tenaga mikrohidro untuk pembangkit Listrik di area WMP (Water Monitoring Poin) dan mendalami beberapa studi lainnya untuk opsi penggunaan energi bersih”, imbuh Adi.
Menurut dia, kehadiran Industri Batu Bara di Sumatera tentunya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan energi Indonesia, termasuk berkontribusi dalam keamanan energi nasional kedepannya.