Jakarta, mataberita.net — Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengakui persentase kelas menengah di Indonesia menurun. Ia berpendapat kebanyakan dari mereka beralih profesi jadi pekerja mandiri, tetapi jumlahnya belum terdata.
“Data kita median kita untuk kelas menengah emang turun mediannya,” ucap dia di Jakarta, pada Selasa (30/07/2024).
Kendati, ia berpendapat penurunan itu tak drastis. Suharso mengatakan banyak kelas menengah yang beralih profesi menjadi pekerja mandiri (self employed).
Menurut Suharso, budaya seperti itu merupakan warisan dari pola kerja work from home (WFH) saat pandemi covid-19. Ia mencontohkan ada anak muda yang memilih jadi freelancer di perusahaan asing karena pekerjaannya bisa dijalankan jarak jauh.
“Nah, mereka (kelas menengah) ini kemudian keluar dari perusahaan-perusahaan konstruksi kita dsb. Nah, ini kita belum punya data ini,” kata Suharso.
Ia pun mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut jumlah kelas menengah menyusun menjadi di bawah 20 persen. Oleh sebab itu, pemerintah pun akan meneliti lebih lanjut terkait ke mana larinya kelas menengah tersebut.
“Itu kami sedang cari ke mana mereka. Jadi, ini nggak teregister saja,” ucapnya.
Jumlah kelas menengah menyusut buntut tingginya kebutuhan dan kenaikan harga bahan pangan.
BACA JUGA : Sandiaga Uno Targetkan Harga Tiket Pesawat Domestik Turun 10 Persen Sebelum Masa Jabatannya Berakhir
Ekonom senior yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan era 2013-2014 Chatib Basri mengungkapkan jumlah kelas menengah di Indonesia terus merosot sejak 2019.
Menurut dia, data Bank Dunia mengungkapkan kelas menengah sebesar 23 persen dari jumlah penduduk pada 2018. Jumlah itu kemudian turun menjadi 21 persen pada 2019.
Di samping itu, kelompok kelas menengah bawah atau aspiring middle class (AMC) membengkak dari 47 persen menjadi 48 persen.
“Kecenderungan ini terus terjadi. Tahun 2023, kelas menengah turun menjadi 17 persen, AMC naik menjadi 49 persen, kelompok rentan meningkat menjadi 23 persen,” ujar Chatib.
“Artinya sejak 2019, sebagian dari kelas menengah “turun kelas” menjadi AMC dan AMC turun menjadi kelompok rentan,” pungkasnya.
Dengan garis kemiskinan tahun 2024 sekitar Rp550 ribu, Chatib menjelaskan mereka dengan pengeluaran Rp1,9 juta-Rp9,3 juta per bulan masuk kategori kelas menengah.
AMC adalah kelompok pengeluaran 1,5-3,5 kali di atas garis kemiskinan atau Rp825 ribu-Rp1,9 juta. Adapun rentan miskin, kelompok pengeluaran 1-1,5 kali di atas garis kemiskinan atau Rp550 ribu-Rp825 ribu per bulan.