Home Daerah Nasional Internasional Ekonomi Infografis Sastra Science Olahraga Otomotif Teknologi Mataberita TV
Info Terkini : PT. Mata Digital Internasional, www.mataberita.net, independent dalam berita | PT. Mata Digital Internasional melalui website www.mataberita.net melayani Jasa Produksi dan Penayangan Film, Company Profile, Dokumenter, Talkshow, Monolog dan TVC | Selain itu juga melayani Management Artis, Penyanyi, Chef, Aktor, Aktris, Band dan lainnya | Kami juga melayani Konsultasi Hukum, Manajemen, Broadcasting dan lainnya | Ditambah pula melayani Pelatihan Berbagai Bahasa diantaranya Inggris, Indonesia, Jerman, Korea, Jepang, Mandarin, Arab dan sebagainya | Tak ketinggalan pun melayani Pelatihan atau Diklat Jurnalistik, Bahasa, Broadcasting, Public Speaking, Design, Desain Grafis, Editing, IT, Hukum dan sebagainya | Nah... Kami juga menjual berbagai produk makanan dan minuman seperti Pempek Palembang, Kue Semprong, Thai Tea, Green Tea, Espresso, Cappucino, Americano dan masih banyak lagi | Yang suka berbusana Batik khas Pekalongan juga bisa memesan ke Kami yaaa... | Alami kendala Kompor Gasnya juga bisa dilayani oleh Kami | So kunjungi terus website kami di www.mataberita.net | Upz sampai lupa deh, hubungi Kami bisa ke (021) 89229850 atau bisa datang ke Jl. Kav. H. Umar II no 319, Teluk Pucung, Bekasi Utara, Kota Bekasi yaaa...| Kami juga melayani by seluler WhatsApp dengan menugaskan PIC Ayu Yulia Yang di 08567971900 | Percayakan Kami sebagai Mitra, Partner dan Relasi Anda...

Airlangga Sampaikan Negara-Negara di ASEAN Kompak Tempuh Jalur Negosiasi Hadapi Kebijakan Tarif Donald Trump

Foto : Airlangga Sampaikan Negara-Negara di ASEAN Kompak Tempuh Jalur Negosiasi Hadapi Kebijakan Tarif Donald Trump

Jakarta, mataberita.net — Kemenko Perekonomian RI Airlangga Hartarto menyampaikan negara-negara di ASEAN kompak menempuh jalur negosiasi menghadapi kebijakan tarif timbal balik oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Asia Tenggara sendiri menjadi salah satu kawasan yang negara-negaranya dikenai tarif resiprokal tinggi. Indonesia mendapat 32 persen, sementara Vietnam 46 persen, Laos 48 persen, Kamboja 49 persen, Thailand 36 persen, dan Malaysia 24 persen.

Tarif resiprokal ini akan berlaku mulai 9 April 2025, dan akan ditambah tarif global 10 persen yang berlaku untuk semua barang masuk AS dan sudah diterapkan sejak 5 April.

Pada hari ini, Airlangga mengundang 100 asosiasi untuk mendengarkan aspirasi pengusaha terhadap kebijakan Trump. Ia mengatakan salah satu sektor paling terdampak di Indonesia adalah alas kaki dan pakaian yang memang menjadi andalan ekspor.

BACA JUGA : Pemerintah Pilih Negosiasi Saat Tenggat Tarif Trump 9 April

Salah satu strategi Indonesia adalah untuk menghadapi ini adalah mendorong beberapa kesepakatan dan dengan beberapa negara ASEAN.

Ia juga menyebut negara-negara di ASEAN takkan mengambil tindakan retaliasi terhadap AS.

“ASEAN akan mengutamakan negosiasi. Jadi ASEAN tidak mengambil langkah retaliasi,” tutur Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian RI, Jakarta, pada Senin (07/04/2025).

Airlangga juga mengatakan pemimpin atau perwakilan perdagangan negara-negara ASEAN akan bertemu pada 10 April mendatang.

Ia menyebut RI berkemungkinan akan diwakilkan oleh Menteri Perdagangan Budi Santoso.

“Pemimpin atau Menteri Perdagangan akan bertemu tanggal 10, pak Mendag mungkin akan hadir di sana,” kata dia.

Selain tak mengambil langkah retaliasi, Airlangga mengatakan masih ada peluang bagi industri alas kaki dan pakaian Indonesia di tengah kebijakan Tarif Trump tersebut.

Hal ini karena negara pesaing di sektor itu seperti Bangladesh, China, hingga Vietnam mendapat tarif lebih tinggi dari RI, sementara pasar Amerika Serikat juga besar.

Airlangga juga mengatakan diplomat RI telah menjalin komunikasi dengan U.S Trade Representative (USTR). Ia menyampaikan kini, USTR tengah menunggu proposal konkret dari Indonesia.

Sementara itu, Airlangga juga menyampaikan bahwa RI turut mendorong pembentukan kesepakatan lewat mekanisme Trade and Investement Framework Agreement (TIFA).

“Karena kita TIFA sendiri secara bilateral ditandatangan di tahun 1996 dan banyak isunya sudah tidak relevan lagi, sehingga kita akan mendorong berbagai kebijakan itu masuk dalam TIFA,” bebernya.

Leave a Reply