Jakarta, mataberita.net — Program satu juta rumah per tahun Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah berjalan hampir 10 tahun. Tetapi, target menekan backlog atau kekurangan pasokan hunian masih belum tercapai.
Pada 2015 atau awal ide program Jokowi dilontarkan, data backlog mencapai 11,4 juta. Dengan program satu juta rumah per tahun, Jokowi menargetkan bisa menekan backlog menjadi ke level 6,8 juta dalam kurun waktu 5 tahun.
Melihat target tersebut, seharusnya dalam 10 tahun angka backlog dapat ditekan ke level 1 juta. Namun, Jauh panggang dari api, hingga 2023 angka backlog malah naik.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mencatat angka backlog mencapai 12,7 juta pada tahun lalu.
Terkait realisasi program satu juta rumah, Kementerian PUPR mencatat sejak dicanangkan pada 2015 realisasi program ini telah mencapai 9.206.379 unit per akhir 2023.
Adapun selama empat tahun terakhir realisasi program satu juta rumah per tahun bisa dibilang mencapai target secara kuantitas. Lihat saja, pada 2021 realisasi program tersebut mencapai 1.105.707 rumah.
Angka tersebut terdiri dari 826.500 unit rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan 279.207 unit sisanya non MBR.
BACA JUGA : Kementerian Perhubungan Berencana Naikkan Tarif Tiket KRL
Lalu, pada 2022 realisasi program satu juta rumah terealisasi sebanyak 1.117.491 unit, naik dari tahun sebelumnya. Angka itu terdiri dari 835.597 unit untuk MBR dan 281.894 sisanya non MBR.
Realisasi program itu juga kembali naik pada 2023, yakni menjadi 1.217.794 unit. Angka itu terdiri dari 1.010.142 unit untuk MBR dan 207.652 unit non MBR.
Khusus 2024, telah ditetapkan prognosis sebesar 1.042.738. Sementara, hingga akhir Juli, capaian program satu juta rumah baru mencapai 617.622 unit atau 59.23 persen dari total target nasional.
Angka tersebut meliputi pembangunan bagi MBR sebesar 484.119 unit dan non MBR 133.503 unit di seluruh Indonesia.